Senin, 11 April 2011

Kurangi Beban Lingkungan dengan KOMPOSTING


MEMBUAT KOMPOS

Pendahuluan

Patut diketahui bahwasannya komposting adalah upaya mempercepat proses pembusukan bahan-bahan organik dengan media mikro organisme secara intensif, hasilnya berupa kompos. Tidak berbeda dengan “humus” yang telah lama kita kenal sebagai proses yang dilakukan oleh alam, hanya saja waktu yang dibutuhkan alam untuk memproses ini sangat lama, membutuhkan waktu bertahun-tahun. Karena komposting adalah perpanjangan proses alam yang sudah ada maka proses ini relative aman. Relative karena memang memerlukan kesungguhan niat, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka proses komposting 100% aman dan ramah lingkungan, namun jika dilakukan dengan asal-asalan akan menimbulkan dampak negative berupa bau busuk.
Komposting adalah proses dekomposisi atau penguraian dari beberapa zat menjadi lebih banyak zat dengan varian yang lebih bervariable, keuntungan dari variable zat-zat dan organisme yang terkandung di dalam kompos sangat dibutuhkan oleh tanah bahkan bumi pada umumnya – untuk menjaga kestabilan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanah. Dengan demikian siklus alam juga akan terjaga sehingga hal-hal negative yang tidak diharapkan banyak kemungkinan dapat dihindari.
Berikut ini adalah kutipan dari buku PENCIPTAAN ALAM SEMESTA karya HARUN YAHYA :
“Setiap senyawa dan bahan-bahan yang begitu beragam yang terbentuk alami di dunia kita ini “tidak lebih” merupakan susunan berbeda dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang diikat ber-sama oleh ikatan kovalen. “…………..dst.
Segala sesuatu yang telah kita ketahui tentang keluarbiasaan sifat-sifat kimia atom karbon menunjukkan bahwa terdapat keselarasan di antara unsur ini, yang merupakan pembentuk dasar kehidupan, air yang juga penting bagi kehidupan, dan planet bumi yang merupakan tempat bernaung kehidupan tersebut. Dalam Nature’s Destiny, Michael Denton menekankan keselarasan ini ketika mengatakan:
Dari kisaran suhu yang sangat besar di alam semesta, hanya terdapat satu pita sempit suhu yang didalamnya kita memiliki (1) air yang cair, (2) senyawa organik metastabil yang melimpah, dan (3) ikatan lemah untuk menstabilkan struktur tiga dimensi molekul yang rumit.
Dari seluruh benda di ruang angkasa yang kita amati, “pita sempit suhu” ini hanya ada di bumi. Demikian pula, hanya di bumi, dua pembentuk dasar kehidupan—karbon dan air—ditemukan dalam persediaan melimpah.
Semua itu menunjukkan bahwa atom karbon beserta sifat-sifat luar biasanya dirancang secara khusus untuk kehidupan dan bahwa planet kita diciptakan untuk menjadi tempat tinggal bagi kehidupan berbasis karbon.
Kesimpulanya adalah komposting itu perpanjangan sifat alami dari sifat-sifat alam yang memang telah diciptakan oleh Yang Maha Pencipta – Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Prinsip Kerja Proses Komposting

Bahan-bahan organik bahan atau media yang mudah diuraikan seperti sisa makanan, dedaunan, dan banyak lagi. Kayu dan batang pohon keras juga termaksud bahan organik, namun dalam penanganannya membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak. Prinsip kerja pemrosesannya adalah bahan-bahan organik tersebut diuraikan oleh organisme-organisme pengurai melalui proses fermentasi buatan. Dalam prosesnya udara dan air menjadi media penunjang yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi. Bisa saja tidak memerlukan udara dan sedikit air, namun prosesnya lebih rumit dan menimbulkan bau tidak sedap. Bau yang terjadi dalam proses dekomposisi atau komposting dikarenakan kurangnya kadar air (hydrogen dan oksigen) dan mikro organisme sebagai media dan pelaku utama penguaraian. Sehingga dalam prosesnya dibutuhkan sirkulasi udara yang cukup, kandungan air yang memadai dan mikro oraganisme yang berkembang. Makin berkembang pesat mikro oraganismenya maka proses komposting semakin cepat, oleh karena itu proses ini mutlak tidak membutuhkan sinar matahari, karena sinar ultra violet dari matahari dapat membunuh mikro organisme sebagai pelaku utama proses penguraian.

Komposting

Siapkan sebuah wadah berdiameter -/+50cm dengan lubang kecil-kecil di sisi-sisinya (seperti keranjang bambu atau rotan), usahakan lubang sekecil mungkin untuk menghindari lolosnya bahan kompos dari wadahnya. Lubang-lubang ini berfungsi sebagai lubang sirkulasi udara sehingga kompos tidak terlalu membutuhkan penanganan khusus untuk membolak-balikan bahan kompos, cukup didiamkan saja. Masukan bahan-bahan kompos berupa sisa-sisa makanan, dedaunan atau bahan-bahan organik lainnya setebal 5 – 15 cm. Sebaiknya bahan-bahan kompos dipotong-potong kecil-kecil bergantung jenis bahan yang akan di komposkan. Jika bahannya lebih mudah hancur seperti dedaunan dan sisa makanan (kecuali tulang), potongannya bisa besar-besar atau sama sekali tidak perlu di potong (upayakan maksimal besar bahan 5cm2). Jika bahannya lebih keras atau lama hancur maka sebaiknya potongan lebih kecil-kecil lagi (makin kecil – makin baik). Hal ini diperlukan untuk mempercepat proses penguraian oleh mikro organisme. Kemudian semprotkan dengan MOL (Mikro Oraganisme Lokal) sampai basah merata. MOL atau mikro organisme lokal dapat di buat sendiri dengan cara yang sangat mudah dan efisien, yaitu berupa bahan-bahan sisa makanan yang lembut seperti nasi basi, tempe basi, ikan basi, jeroan ikan dan banyak lagi. Semua bahan-bahan tersebut di potong-potong kecil (sebaiknya di cacah/cooping/blender), lalu masukan kedalam wadah bertutup campurkan dengan air (bisa juga air got / comberan), tutup rapat-rapat untuk menghindari bau busuk. Diamkan selama minimal 1 minggu atau sebaiknya 1 bulan, lalu saring, kemudian MOL siap digunakan. Perbandingan menggunakan MOL 1: 10. Perlu diperhatikan, dalam pembuatan MOL hanya membutuhkan sedikit udara – jadi cukup dengan membuka-tutup wadah 2 kali 1 minggu selama 1 jam cukup untuk berkembang biak mikro organisme.
Setelah bahan kompos disemprotkan MOL masukan lagi bahan-bahan kompos dan semprotkan lagi MOL nya, demikian seterusnya terakhir di bagian penutup bisa di pergunakan sekam atau karung goni, jika tidak ada bisa digunakan ilalang kering atau daun-daun kering. Hal ini diperlukan untuk menghindari timbulnya bau busuk dengan menjaga kelembaban bahan-bahan kompos. Jika timbul bau, angkat penutup tempat kompos semprotkan lagi MOL sampai basah, insya Allah bau busuk akan hilang.
Setelah 1 bulan kompos sudah bisa digunakan sebagai bahan pupuk, agar hasil lebih baik sebelum digunakan saring kompos dengan pengayak pasir agar terpisah dari kompos yang masih belum hancur, kompos yang sudah di saring bisa langsung di gunakan atau di jual.

Kualitas Kompos

Cirri-ciri kompos yang baik :
  • Berwarna gelap (coklat kehitaman)
  • Berbau seperti tanah
  • Suhunya tidak lebih dari 20°c dari suhu sekitar
  • Bentuk fisik kompos tidak menyerupai bentuk aslinya (bila digenggam dengan tangan akan membentuk gumpalan mengikuti bentuk genggaman, namun gumpalan akan mudah hancur jika disentuh)
  • Biasanya volume kompos berkisar antara 25 – 30% dari sampah organik bahan kompos.(bali focus)

Pemasaran Kompos

FOKAL sebagai wadah perduli lingkungan membeli kompos hasil dari rumahan dengan kriteria seperti di atas, dengan harga yang cukup, yaitu Rp 200,- / kg kompos jadi dan sudah di saring. Kompos ini akan di distribusikan kepada petani organik yang ada di sekitar Griya Cempaka Arum dan FOKAL telah membina hubungan dengan koordinator paguyuban petani wilayah Sapan untuk menampung kompos dengan biaya terjangkau.

“Zero Waste from now…….

Bermanfaat untuk diri sendiri…….

Bermanfaat untuk lingkungan……

Bermanfaat untuk alam……...

Bermanfaat untuk pertanian…..

Bisa menambah pendapatan…...

Jadi pekerjaan sampingan…..kenapa tidak.”

Forum Kader Lingkungan Griya Cempaka Arum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar